Bedah Buku “Sejarah Perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab”, Tapak Tilas Perjuangan Ulama

Perbedaan jarak dan waktu, tidak menghilangkan semangat alumni Amanatul Ummah untuk terus mengulik perjuangan dan pengorbanan para ulama nusantara. Melalui pemanfaatan digitalisasi, Himmah RAM menyediakan wadah untuk menapaktilasi sejarah perjuangan pendiri Nahdlatul Ulama, yakni K.H. Abdul Wahab dan K.H. Abdul Chalim Leuwimunding, yang dirangkai dalam kegiatan “Bedah Buku; Sejarah Perjuangan Kiai Haji Abdul Wahab.” Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian peringatan hari ulang tahun Himmah RAM dan perayaan kemerdekaan negara Republik Indonesia.

Kegiatan bedah buku berlangsung pada hari Jumat, 22 Agustus 2025 pukul 15.00 WLK atau 19.00 WIB melalui zoom meeting. Kegiatan ini diikuti dengan antusias oleh khalayak umum dan warga Himmah dari mancanegara. Menambah keistimewaannya, kegiatan ini dihadiri langsung oleh Prof. K.H. Asep Saifuddin Chalim, Lc., M.A. yang merupakan pendiri pondok pesantren Amanatul Ummah. “Dalam tarikhil bukhori dikatakan, barangsiapa yang mengingat-ingat terhadap seorang alim maka wajib baginya mendapatkan ampunan dosa, barangsiapa yang menghidupkan waktu untuk mengingat seorang alim maka wajib baginya surga.” Salah satu kalam beliau dalam sambutannya.

Bedah buku kali ini menghadirkan Narasumber yang merupakan salah satu anggota tim penulis buku tersebut, yakni Lalu Azmil Azizul Muttaqin, seorang Mahasiswa Universitas Al-Azhar, Kairo. Beliau menjelaskan bahwa buku ini adalah sebuah syarah dari buku K.H. Abdul Chalim Leuwimunding yang menguak tentang sejarah Nahdlatul Ulama yang tidak pernah kita dengar sebelumnya. Dengan metode kepenulisan yang dilandaskan pada pengumpulan data dan kritik internal maupun eksternal.

“Anda akan memahami Indonesia ketika anda membaca sejarah Nahdlatul Ulama. Karena berbicara tentang Nahdlatul Ulama, berbicara tentang Indonesia. Berbicara tentang K.H. Abdul Wahab, berbicara tentang Indonesia. Itulah sebabnya buku ini sangat penting untuk dibaca, mengingat sebagian sejarah hidup negara kita tersimpan di dalamnya,” kata sang penulis.

Keseruan bedah buku ini masih terus berlanjut. Narasumber lainnya merupakan seorang guru besar sejarah dan peradaban Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, Prof. Usep Abdul Matin, S.Ag., M.A., Ph.D. Di awal sambutannya, beliau tak henti-hentinya berdecak kagum tentang sosok K.H. Abdul Chalim. Beliau mengutarakan bahwa K.H. Abdul Chalim merupakan tokoh ulama yang pertama kali mengusung konsep politik lembut.

Politik lembut adalah kebijakan yang bisa memberikan manfaat bagi orang-orang yang dikenai kebijakan tersebut, sehingga bisa terhindar dari kemudaratan. “Konsep politik lembut ini dikaitkan dengan konsep suka memperbaiki hubungan sesama. K.H. Abdul Chalim hadir sebagai jembatan yang menghubungkan dua pemikiran antara K.H. Abdul Wahab dan K.H. Hasyim Asyari dalam pembahasan pendirian Nahdlatul Ulama.” ujarnya dengan membara.

Memasuki sesi akhir dari kegiatan bedah buku kali ini, moderator memberi kesempatan audiens untuk bertanya. Pertanyaan yang diutarakan oleh salah satu audiens adalah, “Mengapa sejarah Nahdlatul Ulama di satu buku dengan buku yang lainnya bisa berbeda-beda?”
“Sepanjang analisis kami ketika menulis buku tentang sejarah Nahdlatul Ulama, itu memiliki segmentasi yang berbeda-beda. Jika buku perjuangan K.H. Abdul Wahab ini segmentasinya adalah keluarga dan kerabat, maka tidak akan membahas tentang sesuatu yang keluar dari segmentasi tersebut. Data primer kami bukan hanya bersumber dari nash tapi juga dari insider, yaitu K.H. Abdul Chalim, yang mana ini tidak banyak direkam oleh teks, namun hanya direkam oleh yang mengalami. Sehingga menjadikan buku ini menguak hal-hal yang belum pernah dibahas,” jawab Lalu Azmil Azizul Muttaqin.

Dilansir dari dua narasumber yang telah diundang, maka buku “Sejarah Perjuangan K.H. Abdul Wahab” sangat direkomendasikan untuk dibaca. Melalui kegiatan ini, diharapkan menjadi langkah awal dalam menggaungkan literasi untuk menyelami sejarah dan perjuangan. Sebagaimana yang disampaikan oleh ketua RAHMANA, Maspud Aripin.

“K.H. Abdul Chalim merupakan sosok berpengaruh dalam pendirian Nahdlatul Ulama. Beliau tidak seperti tokoh Nahdlatul Ulama lain yang sudah biasa diberitakan dimana-mana, sehingga rasanya penting untuk kita bahas disini. Harapan kami dengan terselenggaranya bedah buku ini adalah, Nahdlatul Ulama semakin dikenal di kalangan dunia termasuk santri dan alumninya, dan menjadikan siapapun untuk tidak pernah melupakan pelaku sejarah, terutama terhadap mereka yang tidak diliput oleh media massa.”

Redaktur : Arifatunnisa Birizqil Adhim

Editor : Zadjuria Rizky Rahmania

Posting Komentar

To Top