Peringati Isra Mikraj; Mengenang Kembali Kecintaan Nabi Kepada Umat
Sekitar pukul 18.30 WLK, acara dibuka terlebih dahulu dengan
pembacaan dalilun najah beserta Maulid ad-Diba’i yang berlangsung cukup khidmat. Setelah itu,
barulah Master of Ceremony (MC) memulai acara dengan mempersilahkan
Yasmin untuk membacakan ayat-ayat suci Al-Quran. Tidak seperti biasanya,
pembacaan ayat suci kali ini disusul dengan pembacaan terjemah yang dilantunkan
oleh Halizah. Beberapa sambutan menjadi bagian acara selanjutnya. Dimulai
dengan Ketua Himmah diwakili oleh Reza Pahlevi, Badan Pengawas Keorganisasian
(BPK) oleh Gus Sayyid Dhuha, dan terakhir Dewan Konsultatif (DK) oleh Ubaidil
Haq.
Setelah beberapa sambutan berisikan ucapan selamat datang
kepada anak baru usai disampaikan, barulah MC mempersilahkan Ashlih
Farhamna A. Lc. dan Moh. Hatta Irwani, Lc untuk masing-masing
menyampaikan mauizahnya. Mendapat giliran pertama, Ashlih membuka pembahasannya
dengan sejarah singkat mengenai Isra Mikraj. Ashlih juga menambahkan bahwa
terdapat perbedaan pendapat dalam waktu peringatan peristiwa tersebut.
“Dalam riwayat Bukhari diceritakan bahwasanya terdapat 5
pendapat berbeda mengenai waktu terjadinya Isra Miraj: Pertama, pada
awal kenabian; Kedua, pada bulan Rabiul Awal; Ketiga, pada
setahun dua bulan setelah wafatnya Sayidah Khadijah dan Abu Thalib; Keempat,
sesaat setelah wafatnya Sayidah Khadijah dan Abu Thalib; Terakhir,
setahun setelah wafatnya Sayidah Khadijah dan Abu Tholib yaitu pada 27 Rajab.
Dari 5 pendapat itu, pendapat terakhir adalah pendapat paling rajih,”
terang beliau.
Jika mauizah sebelumnya memberikan wawasan lebih luas
mengenai Isra Mikraj, maka mauizah selanjutnya justru mengajak warga Himmah RAM menyelami hikmah-hikmah di
balik peristiwa tersebut. Melalui cerita naiknya Nabi menuju Sidratul Muntaha,
Hatta Irwani—atau dapat dipanggil Wawan— membuat semua yang datang pada malam
itu mengenang kembali kecintaan Nabi kepada umatnya perihal keringanan perintah
salat.
“Begitu cintanya Rasulullah pada umatnya sampai rela
bolak-balik meminta keringanan salat. Dari yang awalnya 50 kali menjadi hanya 5
kali sehari. Mari kita ingat betapa susahnya beliau mengusahakan itu semua
hanya demi umatnya,” nasihat beliau. Menjelang pukul 10 malam, acara pun
ditutup oleh doa dan diakhiri dengan makan bersama.
Redaktur: Muhamad Arif Sutami
Editor: Salsadilla Musrianti
Posting Komentar