Yang Tak Teringat



Semangkok bakso yang tadinya mengepul panas, menyebarkan aroma lezat ke penjuru kantin, kini menjadi tidak berdaya, lantaran Ayu, si pemilik makanan berkuah itu enggan untuk memakannya, dan hanya mengaduk-aduk tanpa minat. Hal itu disebabkan oleh Abi yang berlutut dengan satu kaki di hadapannya membawa bunga, memintanya untuk menjadi kekasih. Ini sudah yang ketiga kalinya di semester ini. Ayu berdecak, memutarkan bola matanya jengah.

"Nggak Bi, aku gamau" jawab Ayu singkat tapi menohok. Abi tersenyum kecut.

"Oke, tapi, liburan semester sama tahun baru besok, jalan-jalan bareng yaa" Mohon Abi dengan mengangkat alisnya, kemudian mendorong tubuhnya masuk bangku panjang untuk dapat duduk di depan Ayu, membuat Ayu makin sebal.

"Nggak mau juga Bi” jawab Ayu ketus, membanting sendok dan beranjak pergi. Abi kaget dan meratapi kepergian Ayu, ia masih duduk di kantin dengan wajah kesalnya. Sebelum akhirnya memutuskan untuk kembali ke kelas.

Hari Senin setelah liburan, Ayu berangkat ke sekolah seperti biasa, menggendong ransel di punggungnya dan membawa botol minum di tangannya.

"Pagi Yu" sapa Abi di depan gerbang sekolah. Ayu hanya meliriknya sekilas tanpa menjawab dan terus melanjutkan perjalanan ke kelasnya. Abi berusaha menyamakan langkahnya dengan Ayu. Membuat Ayu yang tadinya berjalan pelan menghentakan kakinya dan berhenti, berjalan ke arah lain kemudian masuk ke kamar mandi.

Abi diam terpaku dengan sikap dan perlakuan Ayu kepadanya. Kemudian Abi berjalan pelan menuju kelas dengan menunduk.

Sesampainya di kelas, Ayu langsung duduk di kursinya yang memang berada di dekat pintu dan tidak peduli dengan teman-temannya yang mengerumuni meja Abi, berharap tidak ada yang sadar akan kehadirannya.

"Yu, sini! Abi bawa oleh-oleh dari Bandung, kemarin liburan kesana katanya" Sialnya, teman sebangku Ayu menyadari keberadaan Ayu dan memanggilnya. Ayu melirik gerombolan sekilas, melihat teman-teman yang juga melihatnya balik. Ia hembuskan nafasnya perlahan karena kalah melawan tatapan mereka, memaksanya bangkit dari kursi dan menuju meja Abi. Di atas meja Abi ada keresek putih berisi aneka macam gelang warna-warni yang sedang diacak-acak.

Ketika Ayu akan mengambil gelang secara asal, Abi menahan tangannya dan mengambil sesuatu dari saku celana, sebuah gelang berwarna hijau tua yang cantik.

"Ini yang buat lo Yu, lo suka warna ijo tua kan yaa" kata Abi menyerahkan gelang kepada Ayu, dengan senyum mengembang diwajahnya, tidak peduli dengan godaan dari teman-temannya.

"Ooh, oke, thanks ya" Ayu menerimanya dengan terpaksa, dan langsung kembali ke kursinya, meletakkan gelang di atas meja, dan fokus dengan buku yang sedang dibacanya. Bel masuk akan segera berbunyi, semua orang kembali ke tempat duduknya masing-masing.

"Yu, ayok buat boomerang" ajak teman yang duduk di sebelah Ayu dengan mengangkat tangannya dan menggerakkannya, menciptakan suara dari gelang yang ia pakai. Ayu tersenyum mengiyakan ajakan itu, kemudian mengambil gelang dan memakainya. Setelah selesai membuat vidio boomerang dan memastikan bahwa mereka terlihat cantik di vidio itu, teman Ayu mempostingnya di instagram. Guru datang, dan memerintahkan para siswa untuk mengumpulkan ponselnya di meja guru.

Selama pelajaran, Ayu tidak bisa fokus terhadap materi, tulisan di papan dan bukunya buram, kepalanya terasa berat. Ia memijat keningnya pelan tapi pusing itu tak kunjung hilang. Akhirnya Ayu meminta izin untuk pergi ke UKS.

Ayu kembali ke kelas di jam istirahat, dia merasa lebih baik setelah meminum teh hangat khas UKS dan tidur disana selama hampir 2 jam.

"Yu, ke kantin bareng yuk" ajak Abi yang entah dari mana datangnya.

“Nggak deh Bi, lagi nyatet materi tadi, baru sempet soalnya” jawab nya dengan melihat Abi. Abi tersenyum karena akhirnya Ayu mau mengobrol dengannya walaupun sedikit.

Abi kembali mengajak Ayu ke kantin, dan kali ini Ayu mengangguk dengan senyum mengembang di wajahnya. Menutup bukunya, dan berdiri, berjalan di sebelah Abi, bahkan Ayu dengan berani menggandeng tangan Abi keluar kelas. Duduk di meja yang sama di kantin dan membicarakan banyak hal, senyum tidak lepas dari wajah Ayu. Tatapan aneh teman-temannya tak Ayu pedulikan, karena Ayu merasa nyaman dekat dengan Abi dan merasa nyambung ngobrol dengannya.

Sekolah telah usai, para siswa beramai-ramai memadati gerbang dan parkiran. Ayu berdiri di pinggir jalan dengan menatap ponselnya untuk memesan ojek online. Sepeda motor yang dikendarai Abi berhenti di depan Ayu, Abi menawarkan untuk mengantar pulang, dan Ayu menyetujuinya, Sesampainya di depan rumah, Ayu turun dari sepeda motor dan melepaskan helm. Lagi-lagi, Abi mengungkapkan perasaannya, dan meminta Ayu untuk menjadi kekasihnya, Ayu tidak menolaknya, tidak juga menerimanya, Ayu hanya mengatakan kalau akan memikirkannya sebelum memberi jawaban, Abi pun berjanji akan menunggu, kemudian melanjutkan perjalanannya.

"Pulang sama siapa nduk?" Tanya bapak ketika Ayu masuk ke rumah.

"Sama temen Ayu Pak" jawabnya singkat dan langsung masuk ke kamarnya, melupakan kebiasaan mencium tangan kedua orang tuanya sepulang sekolah. Bapak merasa Aneh tapi mencoba memakluminya, mungkin anaknya terlalu lelah di sekolah.

Lampu-lampu jalan mulai menyala, keadaan di sekitar mulai sepi, Ayu yang tidak terbiasa bergadang masih membuka matanya, menatap ponsel yang menampilkan roomchat nya dengan Abi. Sesekali tersenyum sendiri, dan memegang pipinya yang memerah hangat.

Ayu tertidur di jam dua belas malam dengan ponsel yang masih menyala, memperlihatkan wajah Abi yang juga sedang terpejam matanya, hanya terdengar deru nafas yang bersahut-sahutan dari ponsel. Ponselnya mati tiga puluh menit kemudian karena kehabisan baterai.

Di tidurnya, Ayu bermimpi kalau ia dan Abi ada di depan penghulu, hendak melaksanakan akad nikah, dan hidup bahagia setelahnya, menjadi keluarga kecil yang menikah di usia muda. Ayu terbangun karena suara alarm dari jam bekernya, Ayu mematikan alarm dan mengembalikan jam itu ke nakas, Ayu kembali tersenyum mengingat mimpinya, memegang pipinya yang memerah hangat.

‘Mungkinkah ini pertanda, kalau Aku dan Abi bisa menjadi sepasang kekasih yang bahagia?’ batinnya.

Adzan shubuh sudah berkumandang, Ayu memutuskan untuk mandi dan bersiap diri untuk berangkat ke sekolah. Membuka lemari dan mengambil alat make up yang sudah lama ia simpan, membawanya ke depan cermin. Mulai memakaikan bedak di wajahnya, dan memberikan sedikit pewarna pink di bibirnya, ia juga memakai eyeliner di matanya. Entahlah, tiba-tiba Ayu ingin berhias diri hanya untuk pergi ke sekolah.

Sesampainya di sekolah, Ayu langsung menghampiri Abi, dan mengatakan kalau ia bersedia menjadi kekasihnya, Abi tersenyum ramah, tujuh detik kemudian senyumnya berubah menjadi senyum yang seram, dan Ayu tidak menyadari itu.

“Maaf Yu, kayaknya nggak bisa deh, aku mau fokus ke pendidikanku dulu, Aku juga lagi ikutan OSIS, jadi bakal sibuk banget, maaf ya” jawaban Abi membuat Ayu kaget dan bingung. Ayu memegang tangan Abi dan memaksanya untuk mejadikannya kekasih, tapi Abi malah melepaskan tangan Ayu dan beranjak pergi. Ayu menatap kepergian Abi dengan air mata memenuhi kelopak matanya, Ayu kembali ke kursinya dan menyembunyikan wajahnya di meja.

Keesokan harinya, Ayu masih mencoba meminta Abi untuk menerima perasaanya, dan Abi masih dengan jawaban yang sama, menolaknya dengan berbagai alasan. Kesedihan Ayu terbawa sampai ke rumah, membuat orang tuanya bingung dan khawatir. Ayu mengunci diri di kamarnya, nafsu makannya hilang, bahkan ia enggan keluar dari selimut.

Pada akhirnya, Abi menjadikan Ayu kekasih dengan alasan kasihan, dan Ayu tidak peduli apapun itu alasannya. Menjadi kekasih Abi sudah sangat membuatnya bahagia. Kabar hubungan Ayu dan Abi sudah menyebar di sekolah, bahkan mereka berdua berani menunjukkan kemesraan di hadapan teman-temannya. 

Ayu mulai berani keluar sepulang sekolah, padahal biasanya ia tidak pernah melakukan itu, dan akan sampai rumah di malam hari. Hal itu membuat orang tuanya khawatir, terutama bapaknya. Merasa aneh terhadap perubahan sikap putrinya, dan merasa curiga. Sampai pada akhirnya, bapak menyadari asal mula kejanggalan itu muncul.

"Mbak Ayu, besok habis Shubuh, ikut bapak ya, sekolah kamu izin dulu" kata bapak. Ayu sangat ingin menolak, karena tidak ingin melewatkan seharipun untuk tidak bertemu dengan Abi. Tapi bapak memaksanya, bahkan sudah meminta izin kepada wali kelasnya. Akhirnya Ayu mengiyakan ajakan bapak karena tidak punya alasan untuk menolak.

Berangkat setelah sholat Shubuh tepat, jalanan masih sepi dan gelap. Ayu duduk tenang di kursi sebelah bapak yang sibuk menyetir mobil. Setelah dua jam perjalanan, mobil berhenti di depan sebuah rumah yang tidak terlalu besar tapi terlihat sangat asri dan nyaman. Ayu turun dari mobil mengikuti bapak.

Di ruang tamu, Ayu dan bapak disambut ramah oleh laki-laki paruh baya, dengan penampilan yang berwibawa dan wajahnya yang adem, bisa diketahui kalau beliau orang yang disegani dan dihormati. Ayu menatap sekeliling ruangan dan menemukan banyak tulisan-tulisan berbahasa arab, ada ayat kursi, sholawat nabi, bahkan 99 asmaul husna. Ayu bisa menebak kalau keluarga ini keluarga yang taat dalam beribadah. 

Setelah berbasa-basi sebentar, bapak menatap Putrinya.

"Nduk, bapak mau tanya" kata bapak, setelah menghembuskan nafasnya pelan, menarik tangan Ayu dan menggenggamnya. Ayu diam menyimak.

"Bapak sama Ibu ndak pernah membelikan kamu gelang ini, kamu beli sendiri?" Tanya bapak.

"Ndak pak, ini dikasih temen Ayu" jawab Ayu.

"Bapak pinjem sebentar yaa" kata bapak sambil melepas gelang Ayu perlahan. Setelah terlepas Ayu merasa kepalanya sangat pusing juga berat, dan akhirnya tak sadarkan diri. 

Dalam ketidak sadarannya Ayu bermimpi, Ayu bertemu dengan Abi di taman, Ayu melemparkan senyum kepada Abi, dan dibalas dengan senyum yang sangat indah, tapi lama kelamaan senyum Abi berubah menjadi sangat menyeramkan, wajah Abi juga perlahan berubah, dan setelah itu Abi sempurna berubah menjadi makhluk menyeramkan yang tidak Ayu kenali, makhluk tinggi besar berwarna hitam dengan rambut gimbal yang panjang, juga taring dan kuku tangannya, hitam dan terlihat sangat tajam. Ayu terbangun setelah 20 menit pingsan dengan kondisi yang berantakan, keringat menetes disetiap sisi dahinya, merasa sangat lelah. Setelah sejenak menenangkan diri, Ayu menolah dan melihat bapak yang ada disebelahnya, membaca Al-Qur’an dari ponsel.

"Bapak" panggil Ayu pelan, bapak menoleh, lalu mengambil gelas berisi air diatas meja, memberikannya kepada Ayu, dan diminumnya perlahan. Ayu membenarkan posisi duduknya.

“Kenapa nduk?” tanya bapak, khawatir karena melihat banyak peluh di wajah Ayu.

“Ayu mimpi buruk pak.” Jawab Ayu pelan, dan meminum air lagi. Bapak mengelus kepala Ayu pelan, menenangkan.

"Oh iya nduk, Maaf yaa, tadi gelangnya putus, terus bapak buang, kamu mau bapak belikan gelang baru?"

"Ndak usah Pak, ndakpapa" Ayu tersenyum, tak lama kemudian teman bapak datang.

"Nak Ayu sudah bangun?" Tanya beliau, Ayu mengangguk dan tersenyum kecil. 

"Jaga kesehatan ya nak, jangan meninggalkan sholat, sering-sering baca Al-Qur’an sama sholawat" sambung beliau memberikan nasihat. Ayu mengangguk mengiyakan. Setelah berpamitan, Ayu dan bapak meninggalkan rumah itu dan kembali ke rumah.

Ayu terbangun setelah mendengar suara ayam berkokok, melihat keluar jendela yang sudah terang, duduk sejenak karena kepalanya agak pusing, kemudian memutuskan untuk berangkat sekolah. Setelah mandi dan bersih-bersih diri, Ayu duduk didepan cermin dan menyisir rambutnya. Merasa aneh dengan alat-alat make up yang ada di meja, tapi tidak terlalu peduli, mulai membereskan meja dan mengembalikan alat-alat make up ke lemari. Ayu berangkat sekolah seperti biasa, malah merasa agak malas karena hari itu ada ulangan harian. Ketika Ayu sampai di sekolah, suasana begitu gaduh dan ramai, banyak orang yang sedang bergosip di lorong-lorong kelas. Ayu tidak terlalu peduli, dan melanjutkan perjalanannya ke kelas, sesampainya di kelas, Ayu justru dibuat bingung oleh teman-teman Ayu yang sedang sibuk membereskan tas dan alat tulis mereka. 

"Ada apa?" Tanya Ayu kepada salah satu teman.

“Kelas kita libur hari ini" 

“Hah, kenapa?” 

“Diajak wali kelas takziah” jawabnya singkat, sambil sibuk memasukkan spidol ke tempat pensilnya.

"Takziah?" 

"Iya,Pacar lo, meninggal, kecelakaan tadi malam" 

“Hah, pacar gue?” Ayu bingung.

“Iyaa Yuu, pacar lo, Abimanyu, kok lo malah gatau sii” jawabnya kesal, karena Ayu banyak bertanya.

“Pacar? Abi? Sejak kapan Aku sama Abi pacaran?” gumam Ayu pelan. 


Oleh: Saniyya Zaanah

Posting Komentar

To Top