Persatuan dalam Agama Islam
*Diterjemahkan dari Majalah al-Azhar edisi Ramadan 1446 H/Maret 2025 M
Persatuan merupakan pondasi serta asas dari segala kebaikan yang ada di dunia dan di akhirat. Sementara perpecahan merupakan musibah dapat menghilangkan kebahagiaan dan kesejahteraan manusia, menjerumuskannya ke lembah kehancuran, dan menjatuhkan mereka ke lubang kemaksiatan. Paling parahnya, perpecahan tersebut dapat memisahkan mereka dari agamanya. Dalam hal ini, Allah telah berfirman dalam al-Qur’an:
إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنبئُهُم بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ (الأنعام: 159)
“Sesungguhnya orang-orang yang memecah-belah agamanya dan mereka menjadi (terpecah) dalam golongan-golongan, sedikit pun bukan tanggung jawabmu (Muhammad) atas mereka. Sesungguhnya urusan mereka (terserah) kepada Allah. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka perbuat.” (QS. al-An’am: 159)
Bahkan, ketika suatu ilmu tidak didasari oleh keihklasan, ia akan menimbulkan perpecahan dan perselisihan dalam pemikiran. Hal itu dikarenakan sumber dari perpecahan adalah fanatisme, kemarahan dan kedengkian, yang mana semua itu memperdaya pikiran manusia. Oleh karena itu, al-Qur’an mengajak manusia untuk menjaga persatuan, agar membebaskan kita dari kezaliman dan kedengkian, dan juga menanamkan dalam jiwa kita suatu pondasi persatuan dan mengajak untuk senantiasa berpegang teguh kepada syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw.
Allah Swt. berfirman:
اِنَّ الدِّيْنَ عِنْدَ اللّٰهِ الْاِ سْلَامُ ۗ وَمَا اخْتَلَفَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْ ۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِاٰيٰتِ اللّٰهِ فَاِنَّ اللّٰهَ سَرِيْعُ الْحِسَابِ (آل عمران: 19)
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Kitab kecuali setelah mereka memperoleh ilmu, karena kedengkian di antara mereka. Barang siapa ingkar terhadap ayat-ayat Allah, maka sungguh, Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” (QS. Ali ‘Imran: 19)
Allah telah menjelaskan bahwa asas dari persatuan ini adalah ajaran agama Islam dan berpegang teguh kepadanya. Dan Allah telah memperingatkan kita agar tidak memecah belah umat, sebab hal tersebut dapat menimbulkan musibah yang sangat berbahaya. Kemudian, Allah telah mengingatkan kita tentang kisah suku Aus dan Khazraj pada masa lampau. Diceritakan bahwa keduanya merupakan saudara sampai terjadilah diantara keturunan mereka sebuah pertengkaran dan peperangan selama 120 tahun. Akhirnya, datanglah agama Islam yang memadamkan api pertengakaran itu dan meredam keburukan yang mereka lakukan. Pada akhirnya, mereka hidup damai dengan ajaran agama Islam bersama Rasulullah saw.
Untuk menopang semangat dan pondasi persatuan ini, Allah meminta kita untuk senantiasa berbuat amar makruf nahi mungkar. Perintah tersebut tiada lain untuk menegakkan agama ini dan juga menjaganya dari segala keburukan yang terjadi. Allah telah memberikan contoh oleh kepada kita tentang itu semua pada kisah kaum terdahulu yang mendapatkan azab pedih karena menolak kebenaran.
Semua pesan tersebut telah Allah jelaskan dalam firmannya:
وَاعْتَصِمُوا بحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَالْفَ بَيْنَ قُلُوبكُم فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَنًا وَكُنتُم عَلَى شَفَا خُفْرَة مِنَ النَّارِ فَأَنقَذَكُم مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيْنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتدُونَ ○ وَلَتَكُن مِنكُم أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأمُرُونَ بالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكرَ وَأُولَيْكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ○ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيْنَتُ وَأَوْلَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ○ (آل عمران: 103-105)
“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan mereka itulah orang-orang yang mendapat azab yang berat” (QS. Ali-‘Imran: 103-105)
Rasulullah saw. telah memberikan nasehat tentang persatuan, yaitu dengan senantiasa berpegang teguh pada agama Allah. Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abi Hurairah—semoga Allah merahmatinya—: “Sesungguhnya allah menyukai 3 perbuatan hambanya dan membenci 3 perbuatan hambanya: yang pertama allah menginginkan kalian untuk menyembahnya dan tidak menduakannya ( musyrik ) , yang kedua berpegang teguhlah kepada agama allah dan jangan terpecah belah dan yang ketiga taat dan menasehati pemimpin kalian. Sementara 3 perkara yang dibenci allah adalah mengatakan sesuatu yang kebenarannya belum dipastikan, kedua terlalu banyak bertanya, yang ketiga tidak bisa mengatur keuangan.”
Maksud dari hablullah adalah agama Allah dan ajarannya, barang siapa yang senantiasa berpegang teguh kepada agama Allah maka sejatinya dia menjaga hubungannya dengan Allah dan senantiasa diberikan keamanan dan akan ditunjukkan kepadanya jalan kebenaran. Seperti yang dicantumkan dalam al-Qur’an, surat al-Baqarah ayat 287, Allah Swt. berfirman:
اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِ ۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْۤا اَوْلِيٰۤــئُهُمُ الطَّاغُوْتُ ۙ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِ ۗ اُولٰٓئِكَ اَصْحٰبُ النَّارِ ۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ (البقرة: 257)
“Allah Pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.” (QS. al-Baqarah: 257)
Mari kita tadabburi kalam Allah ( ولا تفرقوا ). Kalimat ini berada setelah perintah untuk berpegang teguh kepada ajaran-Nya الاعتصام) ) hal ini menjelaskan bahwasanya seseorang yang berpegang teguh kepadanya, maka berarti dia jauh dari perseteruan, dan jauh dari perpecahan. Sementara mereka yang berpegang teguh kepada selain-Nya, maka dia berada dalam kesesatan. Di dalam hadist Rasulullah saw. bersabda ”barangsiapa yang berpegang teguh terhadap selainnya maka allah akan menyesatkannya.”
Begitu juga Allah kuatkan hal ini di dalam al-Qur’an.
وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنازَعُوا فَتَفْشَلُوا وتذهب ريحكم (الأنفال: 64)
“Dan taatilah Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berselisih, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan kekuatanmu hilang dan bersabarlah. Sungguh, Allah beserta orang-orang sabar” (QS. al-Anfal: 46)
وَإِن َّ هَذِهِ أَمَّتَكُم أَمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ ○ فَتَقَطْعُوا أَمْرَهُم بَيْنَهُمْ زُبُرا كُلُ حِزب بِمَا لَديْهِمْ فَرَحُونَ (المؤمنون: 52-53)
“Dan sungguh, (agama tauhid) inilah agama kamu, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku. Kemudian mereka terpecah belah dalam urusan (agama)nya menjadi beberapa golongan. Setiap golongan (merasa) bangga dengan apa yang ada pada mereka (masing-masing).” (QS. al-Mukminun: 52-53)
Beginilah kita temukan ayat ayat al-Qur’an, ia memperlihatkan bagaimana penjelasan Allah bahwasa agama yang benar itu satu dan syariatnya satu dan umat juga bersatu dalam iman kepada Allah Swt. Kemudian, Allah ceritakan keadaan sebagian umat yang terpecah belah menjadi beberapa golongan dan hidup dalam kemaksiatan.
Rasulullah saw. Bersabda: “barang siapa yang taat terhadap pemimpin dan berpisah dari golongan yang benar maka sesungguhnya mereka mati seperti matinya orang jahiliyyah ( mati dalam kesesatan” [HR. Imam Muslim, No: 1848 ].
Di situasi yang lain, Rasulullah saw. juga menentang orang-orang yang menyelisihi golongan yang benar. Mereka yang mencoba memecah belah dan membenturkan antara sesuatu yang benar dengan yang batil. Di dalam haditsnya Rasulullah bersabda: “barang siapa yang mendatangi umatku dan membunuh orang mukmin dan mereka yang didalam tanggung jawab / penjagaan umat muslim ( kafir dzimmi ) dengan tanpa pandang bulu, mereka bukan bagian dariku dan umatku.” [HR. Imam Muslim, No: 1848 ].
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَنْ يُّشَاقِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الْهُدٰى وَ يَـتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَـنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا (النساء: 115)
“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. al-Nisa’: 115)
Dalam menjaga kokohnya pondasi kesatuan umat Islam, Allah menjadikan ibadah, jika dilakukan secara berjamaah memiliki pahala yang lebih besar dari pada dilakukan sendirian. Hal ini guna melatih umat Islam dalam menjaga persatuan dan menanamkan nilai-nilai (ruh) persatuan di dalam diri mereka, sebagaimana salat berjamaah. Tentu ibadah tersebut memiliki pahala lebih besar dibanding salat sendirian. Artinya, di dalam salat lima waktu dalam sehari, kita telah diperlihatkan bahwasanya Islam senantiasa menanamkan nilai-nilai persatuan di dalamnya. Begitu juga salah hari raya setiap tahun, yang mana jumlah jamaahnya lebih banyak. Dan juga syariat ibadah haji yang mempertemukan kita dengan jutaan umat Islam dari berbagai belahan dunia. Itu semua menunjukkan hikmah yang besar dari nilai nilai persatuan yang senantiasa ditanamkan dalam syariat Islam.
Kemudian Allah Swt. memperingatkan akan hukuman terhadap penentang syariat yang dibawa oleh Rasulullah saw. Dalam surat al-Nisa’ ayat 115, Allah Swt. berfirman:
وَمَنْ يُّشَا قِقِ الرَّسُوْلَ مِنْۢ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَـهُ الْهُدٰى وَ يَـتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيْلِ الْمُؤْمِنِيْنَ نُوَلِّهٖ مَا تَوَلّٰى وَنُصْلِهٖ جَهَـنَّمَ ۗ وَسَآءَتْ مَصِيْرًا (النساء: 115)
“Dan barang siapa menentang Rasul (Muhammad) setelah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan dia dalam kesesatan yang telah dilakukannya itu dan akan Kami masukkan dia ke dalam Neraka Jahanam, dan itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. al-Nisa’:115 )
Orang orang yang merenungkan sejarah manusia, ia akan melihat bahwasanya mereka umat yang zalim, pembajak, dan ganas. Mereka tidak akan bisa menguasai suatu bangsa kecuali dengan menghancurkan dari dalam. Dalam hal ini, mereka merobohkan semangat dan nilai² persatuan suatu bangsa sehingga mereka mengalami perpecahan. Ini merupakan suatu penjajahan. Senjata ini lebih mematikan dibanding senjata fisik karena perpecahan lebih bahaya dan lebih mematikan dibanding serangan anak panah.
Oleh karena itu, kami mengajak umat muslim dan dan seluruh negara Arab untuk senantiasa menjaga persatuan umat Islam dan menyadari nilai-nilai kebenaran itu dalam sabda Rasul: “Sesungguhnya Allah bersama dengan golongan yang benar , barang siapa yang menyimpang darinya maka baginya neraka.” [HR. Tirmidzi, No: 2167 dan Hakim, No: 397 ].
Itu semua akan menjadikan kita sebagai satu kesatuan yang kuat layaknya bangunan dan satu barisan yang kokoh, saling menguatkan satu sama lain, dan menjadikan kita saling mengenal dan menyayangi satu sama lain sebagai umat dan bangsa.
Sebagaimana firman Allah Swt.:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَآئِلَ لِتَعَا رَفُوْا ۗ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَ تْقٰٮكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ (الحجرات: 13)
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti.” (QS. al-Hujurat: 13)
Penerjemah: Uways Alqorni
Penyunting: Muhammad Reza Pahlevi Mufarid
Posting Komentar