Rayakan Harlah Ke-16, Tebuireng Center Rangkul Masisiswati Melalui Seminar Keperempuanan
Dalam perayaan harlah ke-16, Tebuireng Center mengadakan TC Talk sebagai seminar keperempuanan dengan tema “Menyoal Isu Perempuan Lintas Perspektif”. Diadakan pada Selasa, 30 April 2024 di Aula Kemass, Distrik 9, seminar ini dihadiri oleh Ketua Wihdah, Ketua DKKM, 12 keputrian almamater termasuk Keputrian Himmah RAM, serta 22 peserta umum. Meskipun secara khusus membahas perempuan, seminar ini nyatanya menghadirkan Prof. Dr. H. Moh. Sugeng Solehuddin, M.Ag, Dekan UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan, sebagai salah satu pemateri, serta Maramita Elfani, Lc., M.A., Ketua Umum JPPPM Mesir, sebagai pemateri lainnya.
Mendekati pukul 3 sore, acara mulai dibuka oleh Alvian Maulana dan Salma Nur Maulida sebagai Master of Ceremony. Keduanya lantas mengiringi acara dengan pembacaan ayat suci al Quran dan beberapa sambutan dari Ketua TC, Ketua Wihdah, beserta Ketua DKKM. Usai beberapa apresiasi dan harapan terucap, pemandu acara pun beralih kepada Nailul Husna selaku moderator. Ia menyapa para peserta dengan hangat, sebelum kemudian mempersilahkan para pemateri memulai penjelasannya.
Salah satu hal cukup menarik ialah kedua pemateri mendapat ‘titipan’ berbeda dari para panitia. Jika Prof. Sugeng mendapat ‘titipan’ sub tema berupa “Pelecehan Seksual dalam Bingkai Turats”, maka Ibu Maramita mendapat sub tema berupa “Menakar Keterlibatan Masisirwati dalam Arus Pendidikan dan Kepemimpinan”. Adapun materi pertama akan disampaikan oleh Ibu Maramita. Beliau membuka presentasinya dengan melempar pertanyaan terkait urgensi pendidikan bagi perempuan. Cara ini cukup menarik, sebab membuat para peserta terlihat turut aktif dalam penyampaian materi.
Usai mendengar perspektif para peserta, Ibu Maramita pun mulai menyampaikan materi dengan mengamini opini mereka bahwa pendidikan bagi perempuan memanglah penting. Sebab, perempuan merupakan salah satu agen peradaban dan role model bagi anak-anaknya kelak. Sebagai kandidat doktoral Universitas Al Azhar, beliau juga membagikan pandangannya mengenai urgensi pendidikan formal atau dalam hal ini bangku perkuliahan. Beberapa di antaranya, yakni melahirkan cara berpikir kritis nan sitematis, serta dapat menjadi media kontrol bagi spirit belajar.
Beralih ke isu kepemimpinan, Ketua JPPPM Mesir tersebut menyampaikan bahwa perempuan dan laki-laki mempunyai peluang yang sama dalam hal memimpin. Dalam urusan rumah tangga pun, beliau membagi pengalamannya terkait pembagian kepemimpinan. Bahwasanya suami ialah pembuat keputusan makro dan istri adalah pembuat keputusan mikro. Suami bertugas membuat keputusan-keputusan besar seperti peta keluarga, sedangkan istri bertugas membuat keputusan-keputusan detail, seperti hal-hal yang berkaitan dengan perabotan rumah dan kegiatan anak.
Lebih lanjut, Ibu Maramita menjelaskan bahwa hubungan antara perempuan dan laki-laki ialah takamullan (saling melengkapi). Keadilan yang dianugerahkan pada keduanya tidak harus mewujud dalam bentuk setara, melainkan sesuai porsinya. Ada alasan tersendiri mengapa laki-laki begitu erat dengan logika, dan perempuan tidak dapat lepas dari perasaan. Berangkat dari hal ini, beliau ingin menekankan bahwa perempuan dapat berdaya dengan anugerahnya sendiri yang tidak harus sama dengan lelaki. “Perempuan hadir bukan untuk bersaing dengan laki-laki,” tutup beliau.
Masih dengan spirit yang sama, presentator kemudian beralih kepada pemateri kedua, yakni Prof. Sugeng. Demi membuat suasana lebih cair, beliau membagikan beberapa cerita yang akhirnya mengundang gelak tawa dari para peserta. Sehingga saat mereka terlihat antusias, barulah beliau memulai penjelasannya. Tidak terburu-buru pada isu pelecehan seksual, Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan tersebut memulai materi dengan pembahasan perihal kedudukan perempuan dalam Islam.
Berangkat dari dalil-dalil yang menunjukkan kemuliaan perempuan dalam sudut pandang Islam, Prof. Sugeng lantas beralih pada materi perempuan muslim di era society 5.0. Menurut beliau, perempuan sudah seharusnya tampil dan tidak boleh lagi terkukung dalam sikap tawaduk. Sejalan dengan apa yang telah disampaikan Ibu Maramita dalam materi sebelumnya, perempuan selalu mempunyai peluang yang sama dengan laki-laki untuk mengisi berbagai ruang kosong di era revolusi kiwari ini.
Sebagai seseorang dengan latar belakang akademisi, Prof. Sugeng lantas beralih pada isu kekerasan seksual yang kerap kali terjadi di lingkungan pendidikan. Beliau memaparkan sederet kasus yang melibatkan tenaga pendidik sebagai pelaku kekerasan seksual. Hal ini lantas mengundang simpati dari para peserta. Ruang yang dirasa menjadi tempat teraman dan nyaman, nyatanya tidak lepas dari perilaku-perilaku keji manusia. Oleh karena itu, Prof. Sugeng berupaya menghadikan beberapa regulasi terkait pencegahan kekerasan seksual. “Bagaimana menjadikan ruang yang aman dan nyaman ini menjadi lingkungan akademis yang kondusif,” tutur beliau.
Di samping relasi antara guru dan murid, Prof. Sugeng menjelaskan bahwa fenomena kekerasan seksual juga kerap terjadi dalam hubungan romansa antar remaja. Beliau menampilkan sederet contoh pendekatan melalui media sosial yang dapat berujung pada pelecehan seksual, lebih-lebih kekerasan seksual. Sehingga dengan nada tegas yang dibalut sedikit candaan, beliau mengingatkan kepada para peserta yang sebagian besar di antaranya adalah remaja perempuan, untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan lawan jenis.
Usai memaparkan sederet kasus dan beragam regulasi pencegahannya, beliau lantas mengakhiri materi dengan mengingatkan para peserta untuk meningkatkan keberanian dalam melaporkan kasus kekerasan seksual. Bahkan, beliau tidak segan menentang institusi-institusi yang justru berupaya meredam kasus tersebut dengan alasan menjaga nama baik. “Menutupi kasus kekerasan dengan alasan menjaga nama baik, justru merupakan bentuk kegagalan institusi dan pimpinan dalam menjalankan tanggung jawabnya,” pungkas beliau.
Dengan demikian, seminar pun menemui muaranya. Moderator lantas mengembalikan komando acara kepada MC untuk kemudian mempersilahkan para petugas acara memberikan penghargaan kepada para pemateri. Setelahnya, MC pun menutup acara sehingga sesi ramah tamah dapat berlangsung dengan santai.
Penulis: Salsadilla Musrianti H.
Posting Komentar