Perbincangan Peran Perempuan dalam Seminar Women Talk
Dalam rangka haul KH.
Abdurrrahman Wahid (Gus Dur) ke-14, Jaringan Gusdurian Kairo bersama Muslimat NU
dan Fatayat PCINU Mesir mengadakan Seminar Women Talk bertajuk “Daur al-Mar’ah
fii Binaa’i al-Hadlooroh (The Role of Women in Building Civilization). Acara
ini diadakan pada tanggal 27 Januari 2024 di Aula Burj, Nadi Sikkah. Puluhan
peserta perempuan turut menghadiri acara ini, sebab kehadiran beberapa tokoh
yang begitu masyhur di kalangan mereka, seperti Dr. Nahla Al-Saeedi (penasihat
Grand Syekh untuk mahasiswa asing), Bu Hj. Alissa Qotrunnada Wahid (putri Gus
Dur sekaligus Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian Indonesia), serta Bu Dian
Ratih Astuti, S.S. (Fungsi Politik Indonesia untuk Kairo).
Sebagai pemateri pertama, Dr. Nahlah menerangkan perihal
kesetaraan antara kedudukan perempuan dan laki-laki. Tidak ada yang membedakan posisi, hak, dan kesempatan
antara keduanya. Kesalahan penafsiran pada ayat-ayat al-Quran dan Hadits adalah
salah satu faktor adanya ketimpangan gender pada zaman ini. Bahkan al-Azhar
sepakat pada ayat “ar-Rijalu qawamuna ‘ala an-Nisa” yang berarti
keberadaan laki-laki adalah untuk mengayomi dan melindungi perempuan, dan bukan dalil
untuk melemahkan posisi perempuan. Pada ayat yang sama, al-Azhar juga sepakat
bahwa kebolehan suami dalam memukul istri adalah sebagai jalan terakhir suami ketika
istri tidak bisa menerima nasihat,
alih-alih pukulan yang menyakiti.
Sepakat dengan apa yang disampaikan Dr. Nahlah, Bu Dian bahkan memperjelas
kesetaraan posisi tersebut dalam cakupan yang lebih luas. Perempuan memiliki
kesempatan yang sama dan dapat berkontribusi sama besarnya dengan laki-laki.
Bahkan dalam bidang politik pun, banyak perempuan telah ikut andil dan berperan
di dalamnya, sehingga peran perempuan dalam kemajuan bangsa sudah tidak perlu diragukan
lagi.
Terakhir, Bu Alissa
melengkapi dalam materinya bahwa setiap orang ibarat pondasi sebuah bangunan. Masing-masing pribadi harus memperbaiki diri menjadi muslih/ah. Sudah sepatutnya kita menemukan pasangan yang dapat saling berprinsip, berperilakuan makruf, membangun komunikasi sehat, dan
saling rela. Semua kesalingan tersebut menurut beliau, merupakan ciri keluarga maslahat Nahdlatul Ulama yang apabila terpenuhi akan dapat memperoleh kemaslahatan lingkungan dan hubungan dalam masyarakat.
Sebagai kader Nahdlatul Ulama, perempuan-perempuan Himmah
yang turut menghadiri acara ini mengaku berkesan dengan materi yang telah
disampaikan. Sebagian dari mereka yang tergabung dalam kepengurusan Muslimat NU
dan Fatayat PCINU Mesir pun ikut bangga menyaksikan acara ini berjalan dengan
lancar. “Acara ini berjalan sangat sukses. Gabungan kelompok hebat dari
Muslimat NU, Fatayat PCINU Mesir, dan Gusdurian bisa mendatangkan perempuan-perempuan
hebat yang membawakan pengalaman dan pembelajaran untuk membuka pikiran perempuan
Indonesia, terkhusus yang sedang menimba ilmu. Dan untuk teman-teman Himmah,
kalian adalah orang terpilih. Perjuangan kalian jangan sampai cukup di sini.
Kejar cita-cita sampai tuntas,” ucap Zuhrotul Malachah, Pengurus Muslimat NU
sekaligus Senior Himmah RAM saat diwawancara oleh Kru Himmatuna pasca acara.
Posting Komentar