Al-Bayan Syekh Ali Jum'ah Jilid II
Ringkasan Kajian Al-Bayân Jilid II
Kamis, 19 September 2019
Soal ke-10: Apa itu hadis dhaif?
Apa maksud Fadhâil al-A'mâl? Apakah Fadhâil al-A'mâl bisa
diamalkan berdasarkan hadis dhaif ?
Para pakar hadis
sepakat bahawa pembagian pokok hadis ada tiga, yakni shahih, hasan dan dhaif.
hadis shahih ialah hadis yang memiliki lima kriteria:
1.
Sanadnya bersambung
hingga pada Rasulullah SAW.
2.
Perawinya seorang
yang kuat menjaga hafalan
3.
Perawinya juga
seorang yang adil
4.
Isi hadisnya tidak
mengandung kecacatan
5.
Isi hadisnya tidak
mengandung penyakit
Hadis hasan adalah
hadis yang mengandung kriteria seperti hadis shahih tetapi
tingkatan hafalan perawinya sedikit lebih rendah daripada perawi
hadis shahih. Sedangkan hadis dhaif secara istilah
adalah setiap hadis yang tidak mencapai kriteria hadis shahih ataupun
hadis hasan.
Tidak seperti
hadis shahih dan hasan, hadis dhaif tidak
bisa dijadikan rujukan hukum dan tidak bisa disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Namun ada beberapa ulama yang memperbolehkan mengambil rujukan berupa
hadis dhaif hanya pada bab keutamaan-keutamaan amal
ibadah. Maksud dari keutamaan ibadah adalah amalan atau ibadah yang disukai,
seperti berdzikir, berdoa, melakukan ke-sunnah-an yang disyariatkan.
Maksud Fadhâil
al-A’mâl ialah mengerjakan suatu ibadah dengan harapan mendapatkan
keberkahan, namun tidak boleh me-maindset bahwa ketika kita
melakukan ibadah ini maka Allah akan memberikan kita pahala. Salah satu contoh
beramal dengan hadis dhaif yaitu, amalan di awal bulan
Muharram dengan menulis basmalah sebanyak 113 kali, hal ini boleh dikerjakan
dengan mengharap mendapatkan keberkahan dari basmalah, tapi tidak boleh
meyakini bahwa dengan kita mengerjakan amalan ini maka Allah SWT akan
memberikan kita pahala.
Imam Nawawi
mengatakan boleh beramal dengan hadis dhaif asalkah hadis
tersebut bukan hadis maudhu' (palsu). Tetapi apabila dalam
urusan menghukumi (menghalalkan atau mengharamkan) suatu perkara, harus dengan
hadis shahih atau hadis hasan. Hal ini senada dengan
perkataan Imam Ibnu Daqiq yang mengatakan bahwa tidak boleh menghukumi
(menghalalkan atau mengharamkan) sesuatu dengan hadis dhaif.
Apabila seorang Mujtahid ingin menghukumi sesuatu dengan sebuah hadis maka ia
wajib menyelidiki detail rangkaian sanad dari hadis tersebut. Namun jumhur
ulama menoleransi, memudahkan, dan membolehkan kita beramal dengan hadis dhaif.
Soal ke-9: Apakah jin itu ada? Bagaimana bentuk alam jin? Apakah jin
bisa menyerupai manusia? Serta apakah mungkin jin bisa mengganggu manusia?
Keberadaan jin, jin
itu nyata dan kita tidak boleh mengingkarinya sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam al-Quran dan as-Sunnah, Allah SWT menciptakan jin dan manusia semata-mata
hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dari beberapa ayat dan hadis tersebut, kita
tahu bahwa jin juga merupakan makhluk ciptaan Allah SWT.
Jin merupakan makhluk
halus yang tak kasat mata dan tidak tampak oleh indra penglihatan maupun
pendengaran. Jin tidak berupa makhluk
yang berjasad, tapi berupa ruh yang terbuat dari api. Jin memiliki dua
jenis yakni jin kafir dan jin mukmin.
Allah SWT juga
menciptakan banyak alam, salah satunya alam jin atau alam gaib. Alam ini di
suatu tempat yang tidak kita ketahui. Tempat tersebut tidak berada di atas
permukaan bumi maupun di langit, namun lebih tepatnya melayang (jawa : ngawang)
berada di antara bumi dan langit. Hal tersebut merupakan kuasa Allah SWT dan
apabila kita memercayainya maka itu adalah suatu bentuk keimanan
kepada-Nya.
Secara hakikat, jin
mengganggu manusia dalam segi keimanan dan ketakwaan manusia. Jin menghasut
manusia agar kita melakukan larangan Allah SWT dan menjauhi perinta-Nya.
Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Jin Ifrit berusaha
membatalkan shalat Rasulullah, namun Rasulullah sama sekali tidak tergoda,
setelah Rasulullah dapat memegangnya, ia bermaksud untuk mengikatnya di sebuah
tiang masjid supaya dilihat oleh orang lain namun Rasulullah teringat oleh doa
Nabi Sulaiman as. maka dilepaskannya jin tersebut.” Akan tetapi, jin
juga bisa menyerang manusia secara fisik dengan menjelma sebagai hewan seperti
ular, anjing, dsb. Oleh karena itu, seyogianya kita tidak asal membunuh
binatang jika tidak dengan pawangnya.
Di sisi lain, pada
setiap diri manusia ada setan yang disebut dengan Qarin begitu
juga pada diri Rasulullah, namun Qarin Rasulullah sudah Islam
maka Qarin Rasulullah selalu menyeru pada kebaikan. Namun kita
tidak tahu apakah Qarin kita sudah Islam atau belum maka dari
itu Rasulullah memerintahkan kita membaca basmalah ketika makan, masuk rumah,
ataupun ketika berhubungan suami-istri.
Apakah jin bisa
menyerupai manusia dan membuat manusia kesurupan? Tidak ada dalil shahih yang
menyatakan hal tersebut. Para ulama berbeda pendapat terkait hal ini. Ada yang
mengatakan bahwa jin bisa menyerupai manusia dan membuat manusia kesurupan. Dan
beberapa ulama lain membantahnya mengatakan bahwa tidak mungkin jin bisa
menyerupai manusia. Karena tabiat jin dari api berbeda dengan tabiat manusia
dari tanah. Namun, pendapat kedua lemah dan ditolak oleh Ijma’ Ulama.
Penyebab setan bisa
menyentuh manusia biasanya ketika manusia berada dalam keadaan bersyahwat,
bernafsu, dan memiliki rasa cinta. Contohnya, ketika manusia lagi merasakan
cinta yang amat dalam, alias bucin, jika keadaan seperti ini tidak
diseimbangkan dengan amalan atau ibadah yang kuat, maka setan bisa menyentuh
manusia bahkan bisa mengendalikan diri manusia. Gejala-gejala manusia ketika
dimasuki setan biasanya berjalan sempoyongan, pusing, seakan-akan merasakan
bumi bergoncang.
Hal-hal yang bisa
mencegah kita dari gangguan jin dan setan:
- Menjaga sholat dan
menjalankan syariat Allah SWT.
- Senantiasa selalu membaca
al-Quran dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW.
- Ber-isti’adah sebelum
masuk kamar mandi atau WC, karena kamar mandi tempat lembap yang disukai
oleh jin dan setan.
- Jangan berbicara, berteriak,
dan bernyanyi di dalam kamar mandi.
- Membaca basmalah ketika
masuk tempat-tempat kosong dan gelap.
- Jangan kencing di lubang dan
pohon yang berdiri.
- Jangan mengganggu hewan
seperti anjing, kucing betina, ular, dsb. Karena jin bisa menyerupai hewan
tersebut.
- Ber-ta'awudz ketika
berhubungan badan dengan suami/istri.
- Membacakan azan ke telinga
anak kecil.
- Melarang anak kecil bermain
dan keluar rumah ketika Maghrib.
Perlu diketahui bahwa
jin hanya bisa mengganggu dan tidak bisa sampai membunuh manusia. Akan tetapi,
manusia pada zaman sekarang mengira sebaliknya. Kebanyakan orang bangga dan
mengapresiasi orang indigo, padahal indigo adalah sebuah penyakit yang harus
diobati bukan malah dipertunjukkan atau dibangga-banggakan.
Ringkasan Kajian Al-Bayân Jilid II
Kamis, 19 September 2019
Soal ke-10: Apa itu hadis dhaif?
Apa maksud Fadhâil al-A'mâl? Apakah Fadhâil al-A'mâl bisa
diamalkan berdasarkan hadis dhaif ?
Para pakar hadis
sepakat bahawa pembagian pokok hadis ada tiga, yakni shahih, hasan dan dhaif.
hadis shahih ialah hadis yang memiliki lima kriteria:
1.
Sanadnya bersambung
hingga pada Rasulullah SAW.
2.
Perawinya seorang
yang kuat menjaga hafalan
3.
Perawinya juga
seorang yang adil
4.
Isi hadisnya tidak
mengandung kecacatan
5.
Isi hadisnya tidak
mengandung penyakit
Hadis hasan adalah
hadis yang mengandung kriteria seperti hadis shahih tetapi
tingkatan hafalan perawinya sedikit lebih rendah daripada perawi
hadis shahih. Sedangkan hadis dhaif secara istilah
adalah setiap hadis yang tidak mencapai kriteria hadis shahih ataupun
hadis hasan.
Tidak seperti
hadis shahih dan hasan, hadis dhaif tidak
bisa dijadikan rujukan hukum dan tidak bisa disandarkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Namun ada beberapa ulama yang memperbolehkan mengambil rujukan berupa
hadis dhaif hanya pada bab keutamaan-keutamaan amal
ibadah. Maksud dari keutamaan ibadah adalah amalan atau ibadah yang disukai,
seperti berdzikir, berdoa, melakukan ke-sunnah-an yang disyariatkan.
Maksud Fadhâil
al-A’mâl ialah mengerjakan suatu ibadah dengan harapan mendapatkan
keberkahan, namun tidak boleh me-maindset bahwa ketika kita
melakukan ibadah ini maka Allah akan memberikan kita pahala. Salah satu contoh
beramal dengan hadis dhaif yaitu, amalan di awal bulan
Muharram dengan menulis basmalah sebanyak 113 kali, hal ini boleh dikerjakan
dengan mengharap mendapatkan keberkahan dari basmalah, tapi tidak boleh
meyakini bahwa dengan kita mengerjakan amalan ini maka Allah SWT akan
memberikan kita pahala.
Imam Nawawi
mengatakan boleh beramal dengan hadis dhaif asalkah hadis
tersebut bukan hadis maudhu' (palsu). Tetapi apabila dalam
urusan menghukumi (menghalalkan atau mengharamkan) suatu perkara, harus dengan
hadis shahih atau hadis hasan. Hal ini senada dengan
perkataan Imam Ibnu Daqiq yang mengatakan bahwa tidak boleh menghukumi
(menghalalkan atau mengharamkan) sesuatu dengan hadis dhaif.
Apabila seorang Mujtahid ingin menghukumi sesuatu dengan sebuah hadis maka ia
wajib menyelidiki detail rangkaian sanad dari hadis tersebut. Namun jumhur
ulama menoleransi, memudahkan, dan membolehkan kita beramal dengan hadis dhaif.
Soal ke-9: Apakah jin itu ada? Bagaimana bentuk alam jin? Apakah jin
bisa menyerupai manusia? Serta apakah mungkin jin bisa mengganggu manusia?
Keberadaan jin, jin
itu nyata dan kita tidak boleh mengingkarinya sebagaimana yang telah dijelaskan
dalam al-Quran dan as-Sunnah, Allah SWT menciptakan jin dan manusia semata-mata
hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dari beberapa ayat dan hadis tersebut, kita
tahu bahwa jin juga merupakan makhluk ciptaan Allah SWT.
Jin merupakan makhluk
halus yang tak kasat mata dan tidak tampak oleh indra penglihatan maupun
pendengaran. Jin tidak berupa makhluk
yang berjasad, tapi berupa ruh yang terbuat dari api. Jin memiliki dua
jenis yakni jin kafir dan jin mukmin.
Allah SWT juga
menciptakan banyak alam, salah satunya alam jin atau alam gaib. Alam ini di
suatu tempat yang tidak kita ketahui. Tempat tersebut tidak berada di atas
permukaan bumi maupun di langit, namun lebih tepatnya melayang (jawa : ngawang)
berada di antara bumi dan langit. Hal tersebut merupakan kuasa Allah SWT dan
apabila kita memercayainya maka itu adalah suatu bentuk keimanan
kepada-Nya.
Secara hakikat, jin
mengganggu manusia dalam segi keimanan dan ketakwaan manusia. Jin menghasut
manusia agar kita melakukan larangan Allah SWT dan menjauhi perinta-Nya.
Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra., “Jin Ifrit berusaha
membatalkan shalat Rasulullah, namun Rasulullah sama sekali tidak tergoda,
setelah Rasulullah dapat memegangnya, ia bermaksud untuk mengikatnya di sebuah
tiang masjid supaya dilihat oleh orang lain namun Rasulullah teringat oleh doa
Nabi Sulaiman as. maka dilepaskannya jin tersebut.” Akan tetapi, jin
juga bisa menyerang manusia secara fisik dengan menjelma sebagai hewan seperti
ular, anjing, dsb. Oleh karena itu, seyogianya kita tidak asal membunuh
binatang jika tidak dengan pawangnya.
Di sisi lain, pada
setiap diri manusia ada setan yang disebut dengan Qarin begitu
juga pada diri Rasulullah, namun Qarin Rasulullah sudah Islam
maka Qarin Rasulullah selalu menyeru pada kebaikan. Namun kita
tidak tahu apakah Qarin kita sudah Islam atau belum maka dari
itu Rasulullah memerintahkan kita membaca basmalah ketika makan, masuk rumah,
ataupun ketika berhubungan suami-istri.
Apakah jin bisa
menyerupai manusia dan membuat manusia kesurupan? Tidak ada dalil shahih yang
menyatakan hal tersebut. Para ulama berbeda pendapat terkait hal ini. Ada yang
mengatakan bahwa jin bisa menyerupai manusia dan membuat manusia kesurupan. Dan
beberapa ulama lain membantahnya mengatakan bahwa tidak mungkin jin bisa
menyerupai manusia. Karena tabiat jin dari api berbeda dengan tabiat manusia
dari tanah. Namun, pendapat kedua lemah dan ditolak oleh Ijma’ Ulama.
Penyebab setan bisa
menyentuh manusia biasanya ketika manusia berada dalam keadaan bersyahwat,
bernafsu, dan memiliki rasa cinta. Contohnya, ketika manusia lagi merasakan
cinta yang amat dalam, alias bucin, jika keadaan seperti ini tidak
diseimbangkan dengan amalan atau ibadah yang kuat, maka setan bisa menyentuh
manusia bahkan bisa mengendalikan diri manusia. Gejala-gejala manusia ketika
dimasuki setan biasanya berjalan sempoyongan, pusing, seakan-akan merasakan
bumi bergoncang.
Hal-hal yang bisa
mencegah kita dari gangguan jin dan setan:
- Menjaga sholat dan
menjalankan syariat Allah SWT. - Senantiasa selalu membaca
al-Quran dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. - Ber-isti’adah sebelum
masuk kamar mandi atau WC, karena kamar mandi tempat lembap yang disukai
oleh jin dan setan. - Jangan berbicara, berteriak,
dan bernyanyi di dalam kamar mandi. - Membaca basmalah ketika
masuk tempat-tempat kosong dan gelap. - Jangan kencing di lubang dan
pohon yang berdiri. - Jangan mengganggu hewan
seperti anjing, kucing betina, ular, dsb. Karena jin bisa menyerupai hewan
tersebut. - Ber-ta'awudz ketika
berhubungan badan dengan suami/istri. - Membacakan azan ke telinga
anak kecil. - Melarang anak kecil bermain
dan keluar rumah ketika Maghrib.
Perlu diketahui bahwa
jin hanya bisa mengganggu dan tidak bisa sampai membunuh manusia. Akan tetapi,
manusia pada zaman sekarang mengira sebaliknya. Kebanyakan orang bangga dan
mengapresiasi orang indigo, padahal indigo adalah sebuah penyakit yang harus
diobati bukan malah dipertunjukkan atau dibangga-banggakan.
Posting Komentar