Ziarah Bersama dan Ormaba 2016
Ziarah Bersama dan Ormaba 2016
(15/09/2016) Lantunan adzan Shubuh mengguyur seisi bumi dengan diikuti sepongkah cahaya dari timur membawa kehangatan khas surga menembus awan biru dan bersinar di antara makhluk-Nya, mengisyaratkan kepada seluruh insan tuk bangun dan mulai membasuh wajah juga sebagian anggota tubuh yang lain dengan kemurnian air wudlu karena "Bangun untuk mengerjakan sholat lebih baik dari pada tidur". Sekelompok burung bersayap beterbangan di antara embun suci yang menempel pada daun hijau nan elok di atas pemukiman warga.
Tampak seorang pemuda bersarung hijau berbadan gemuk dengan kumis yang agak panjang sedang asyik mengolah daging kambing menjadi sebuah masakan lezat nan gurih, sebut saja namanya Hadi, dia adalah ketua almamater HIMMAH RAM periode 2016-2017. Masakan yang sedang dimasaknya merupakan salah satu menu masakan yang akan disuguhkan kepada peserta ziarah dan Ormaba 2016, acara ini merupakan agenda tahunan HIMMAH RAM yang diampu oleh Divisi Sosial HIMMAH RAM.
Pukul 09.00 CLT seluruh anggota HIMMAH RAM dan para simpatisan yang ingin ikut meramaikan ziarah kali ini mulai berkumpul di Sekretariat HIMMAH RAM yang berlokasikan di Tub el-Ramli, Hayyu Asyir, disana mereka diberi pembekalan seputar informasi tentang makam auliya' dan jadwal acara lainnya yang akan disuguhkan nantinya selama acara berlangsung. Pada pukul 09.20 CLT semua peserta bersama-sama berangkat menuju terminal, sekitar 3 menit menunggu akhirnya bus bernomorkan 1126 mulai menampakkan wajahnya, tampak rona senyum terpancar dari bibir peserta. Ziarah kali ini lebih diperuntukkan kepada anggota baru HIMMAH RAM yang notabenenya masih berumur sekitar 8 hari terthitung sejak mendaratnya mereka di Mesir, Rabu (7/09) kemarin. Karena inisiatif dari para senior yang ingin mengenalkan kepada mereka para alim ulama seperti Imam Syafii, Ibnu Hajar al-Atsqalani, Imam Lays, Imam Zakaria al-Anshori dan beberapa Sahabat seperti Uqbah Bin Amr serta ahlul bait Rasulullah SAW seperti Sayyid Yahya as-Syabih, Abu Dzar al-Ghifari, Sayyidah Fatimah dan juga seorang sufi perempuan bernama Robiah al-Adawiyah.
Memakan perjalanan sekitar satu jam lebih, akhirnya kami sampai pada destinasi pertama kami yaitu makam Imam Syafii. Cak Faiq selaku pemandu kali ini menjelaskan sedikit tentang sejarah guru besar yang mazhabnya sampai sekarang menjadi salah satu mazhab yang dianut oleh mayoritas muslim ini, beliau juga menerangkan bawa Imam Syafi'i merupakan titik tengah antara madzhabur ro'yi (pemikir Islam) dan mazhabu ahlul hadits (pakar hadis Islam) karena Imam Syafii berguru kepada Imam Abu Hanifah yang kecenderungannya berlogika atau beranalogi karena pada zaman beliau banyak tokoh yang membuat hadis palsu dan Imam Malik yang lebih mengedepankan hadis, Cak Faiq juga menceritakan beberapa kisah tentang faqih kelahiran Gaza, Palestina ini bahwa ketika beliau ditanya "Kenapa tidak sholat malam?" maka beliau menjawab "Tafakkur Sa'atan, berfikir satu itu lebih baik dari pada sholat 1000 rakaat".
Beranjak dari peristirahatan Imam Syafii, kami meneruskan perjalanan menuju makam Ibnu Hajar al-Astqalani, makam Ibnu Hajar al-Atsqalani berjarak sekitar 435 M dari peristirahatan Imam Syafii. Pemaparan sekilas mengenai sejarah tentang Ibnu Hajar al-Atsqalani kali ini disampaikan oleh Cak Ziya, beliau mengulas tentang kemasyhuran pengarang Kitab Fathul Bari syarah Kitab Shohih Bukhori ini yang dikalangan masyarakat Indonesia terkenal dengan anak batu yang dimasa kecilnya sangat bodoh, tetapi karena melihat sebongkah batu yang berangsur-angsur hancur oleh tetesan air, maka Ibnu Hajar al-Atsqalani berusaha ingin menghancurkan kebodohannya dengan selalu giat dan tekun belajar. Cak Ziya juga memaparkan kecerdasan Ibnu Hajar al-Atsqalani yang hafal al-Qur'an diumur 9 tahun, nama asli Ibnu Hajar al-Atsqalani ialah Ahmad bin Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Ali bin Ahmad as-Syihab, sedang nama Atsqalan merupakan nisbah dari nenek moyangnya terdahulu yang kemudian pindah ke Mesir sekitar tahun 500 H.
Panas semakin menyengat, tetapi tidak menggoyahkan tujuan mulia kami untuk bertabaruk kepada auliya' yang telah gugur mendahului, di bawah terik matahari. Kami lalu melanjutkan perjalanan kami selanjutnya menuju makam Sahabat Rasulullah SAW, yaitu Uqbah bin Amr perawat tunggangan Rasulullah SAW. Lalu kami menuju makam salah satu ahlul bait Rasulullah SAW saudara Sayyidah Nafisah; Sayyidah Fatimah yang berjarak sekitar 200 M dari makam Ibnu Hajar al-Atsqalani. Di sana kami banyak mendapat maklumat dari para senior yang paham mengenai sejarah serta kemuliaan mereka berdua. Mesir merupakan negara yang banyak dihuni dan menjadi peristirahatan alim ulama, para Nabi, serta Sahabat Rasulullah akan tetapi banyak di antara mereka yang tidak bisa dilacak keberadaannya.
Perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan membuat perut para peserta ziarah keroncongan, beristirahat sejenak untuk sekadar memakan makanan kecil adalah sebuah solusi untuk mengisi perut yang mulai meronta-ronta. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan kami menuju peristirahatan salah seorang tokoh ulama sufi perempuan yang bernama Robiah al-Adawiyah, Dzun Nun al-Mishri dan Muhammad bin Hanafiyah, ke tiga ulama ini merupakan ulama yang sangat di perhitungkan oleh kalangan ulama yang lain. Di setiap makam yang kami kunjungi tidak lupa selalu kami panjatkan doa kepada Allah SWT, tahlil bersama, serta meminta barokah kepada-Nya melalui tangan-tangan ulama-Nya dan tak lupa juga kami berdoa untuk seluruh keluarga dan seluruh kaum muslimin baik yang sedang menapakkan kakinya di bumi atau yang sudah Allah SWT panggil mereka untuk berada di sisi-Nya.
Destinasi selanjutnya ialah salah satu makam Sahabat Rasulullah SAW, yaitu Abu Dzar al-Ghifari, pemaparan kali ini disampaikan oleh salah satu senior yang akrab disapa Cak Alpan. Beliau menyampaikan sekelumit maklumat tentang sahabat yang diterima oleh golongan syiah, salah satunya ialah Abu Dzar al-Ghifari, beliau merupakan salah satu tokoh yang sangat dihormati oleh kalangan syiah dan sunni.
Karena panas semakin menyengat juga waktu yang beranjak sore, kami melanjutkan perjalanan menuju makam ahlul bait Rasulullah SAW bernama Sayyid Yahya as-Syabih. Cak Mu'hid selaku guide pada makam salah satu ahlul bait Rasulullah SAW kali ini menjelaskan bahwa nama lengkap beliau yaitu Yahya bin al-Qasim at-Thayyib bin Muhammad al-Ma'mun bin Ja'far Shadiq Muhammad al-Bakir bin Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Husein, konon dijuluki as-Syabih karena Yahya as-Syabih yaitu keluarganya dahulu berprasangka bahwa Yahya mirip kakeknya yaitu Rasulullah SAW secara fisik dan karakter dalam kesehariannya, Cak Mu'hid juga mengatakan tentang keutamaan Mesir "Misru al-Mahrusah" yaitu Mesir yang di proteksi secara zahir oleh benteng-benteng yang tinggi menjulang dan kokoh terpampang juga di lindungi secara batin atau spiritual oleh para ahlul bait, Sahabat Rasulullah SAW dan para pewaris Nabi yaitu ulama–Subhanallah-.
Salah satu guru Imam Syafii yang dikuburkan di Mesir yaitu Imam Lays, menjadi salah satu tujuan yang akan kami ziarahi selanjutnya, beliau merupakan salah satu ulama ahli hadis juga faqih Mesir pertama berdasarkan kesepakatan para ulama, Imam Lays merupakan ulama yang mempunyai kesempurnaan ingatan yang dapat dipercayai kebenaran segala sesuatu yang disampaikannya karena kedudukannya yang dekat dengan Rasulullah SAW. Disini sejenak kami beristirahat setelah melaksanakan tahlil bersama dan sholat Dzuhur berjemaah, sekitar 30 menit kami beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kami, masih pada salah satu guru Imam Syafii yaitu Imam Waqi'. Masih terjadi perdebatan apakah benar makam yang kami ziarahi kali ini merupakan makam asli Imam Waqi' atau tidak? Dan apakah benar Imam Syafii pernah berguru kepada Imam Waqi'? karena terdapat manuskip sejarah yang mencatat bahwa Imam Waqi' tidak pernah memasuki Mesir, tetapi pendapat lain mengatakan Imam Syafii pernah berguru kepada beliau. Beliau merupakan salah satu ulama ahli hadis dari Imam Syafii dan Imam Ahmad.
Pemberhentian selanjutnya yaitu makam Imam Muzani beliau merupakan murid Imam Syafii yang menyalin dan membukukan perkataan Imam Syafii ketika sedang mengaji karena beliau sering menemani gurunya pada saat mengaji bersama. Redaksi yang pertama kali ditulis dan dibukukan dari kalangan mazhab Syafiiyah ialah Kitab Mukhtashor Muzani yang kemudian di syarahi atau diberikan penjabaran mengenai isi di dalam kitab tersebut oleh banyak ulama generasi selanjutnya. Makam Imam Muzani ini merupakan makam terakhir yang kami ziarahi. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan untuk melaksanakan agenda kedua yaitu Ormaba 2016, karena seluruh rentetan acara, mulai kami berangkat dari Sekretariat Himmah RAM–tempat berkumpulnya para peserta- sampai akhirnya nanti kembali lagi menuju sekretariat tidak lain sebagai pengenalan kepada anggota baru HIMMAH RAM agar mereka mengenal beberapa kebiasaan yang sudah tertanam dalam diri HIMMAH RAM dengan harapan mereka bisa menjadi regenerasi HIMMAH RAM yang akan datang yang lebih baik dari pada sebelumnya.
Keluar dari kompleks makam Imam Syafii dengan berjalan kaki menuju tempat pemberhentian tramco, destinasi selanjutnya ialah Hadiyqoh al-Azhar yang berlokasi di daerah Darrosah. Dengan menempuh jarak sekitar 15 menit, kami pun sampai di tempat yang sangat ramai dengan pengunjung karena hari ini masih merupakan hari libur bagi masyarakat Mesir.
Agenda kali ini di isi dengan sambutan oleh ketua HIMMAH RAM dan perwakilan dewan konsultatif serta pendinginan pikiran dengan menikmati keindahan Hadiyqoh yang memanjakan mata. Sambutan pertama kali diutarakan oleh Cak Hadi selaku ketua HIMMAH RAM, beliau menyampaikan bahwa kedatangan anggota HIMMAH RAM tahun ini merupakan sejarah baru dari berdirinya HIMMAH RAM sampai sekarang karena antusiasme anggota baru sangat besar sehingga 19 dari 23 total keseluruhan anggota baru yang berangkat dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah bisa melanjutkan kuliahnya disini. Sambutan berikutnya disampaikan oleh Cak Devi selaku dewan konsultatif HIMMAH RAM, beliau bercerita sejarah tentang berdirinya HIMMAH RAM pada awal periode, mulai dari zaman dimana anggota HIMMAH RAM generasi pertama sangat berjuang untuk mengejar pembelajaran di al-Azhar karena tidak ada yang mengarahkan dan membimbing sama sekali, sampai terbentuknya swadaya anggota HIMMAH RAM yang begitu besar hingga tahun 2016 ini, beliau juga mengimbau kepada anggota baru agar tidak terburu-buru berorganisasi karena yang lebih utama yang harus dikejar oleh anggota baru ialah prestasi akademis di kuliah.
Alhamdulillah, segala rentetan acara hari ini telah terlaksana dengan baik tanpa kendala, para peserta berhamburan untuk mengambil foto disekitar Hadiyqoh al-Azhar atau sekadar bermusik ria dengan gitar bersama masyarakat Mesir yang sedang menghabiskan masa liburnya di Hadiyqoh al-Azhar.
Seusai sholat Maghrib berjemaah seluruh peserta bertolak untuk kembali ke Sekretariat HIMMAH RAM, selama perjalanan pulang tak sedikit dari peserta yang letih dan memilih untuk tidur di bus sampai tiba di Sekretatiat Himmah RAM pukul 20.00 CLT.
Redaktur: Himmah RAM
Posting Komentar