Penjemputan Maba Himmah RAM Angkatan 2016
Anggota HIMMAH RAM Meninjau Dan Memantau Asrama Baru
(06/09/2016) Tepat pukul 22.20 CLT, anggota HIMMAH RAM memantau asrama yang akan ditempati Maba, terdapat dua asrama yang akan ditempati Maba HIMMAH RAM pada tahun kedatangan 2016 ini, yaitu asrama putri dan asrama putra. Pemantauan ini berisi pengecekan kembali kondisi asrama serta pembacaan sholawat burdah guna mendatangkan keberkahan ditiap asrama yang akan ditempati Maba.
Penjemputan Maba HIMMAH RAM Angkatan 2016
(07/09/16) Dini hari, sebagian anggota HIMMAH RAM berangkat menuju bandara untuk menjemput Maba Universitas al-Azhar, Maba ini datang melalui Broker Darul Amanah yang berjumlah 35 orang, untuk sementara mereka akan digiring dan dikumpulkan disekretariat HIMMAH RAM didaerah Tub el-Ramli guna merehatkan badan mereka setelah perjalanan panjang yang mereka lewati untuk kemudian dipulangkan kerumah masing-masing, dari 35 Maba ini, 65 persen diantaranya adalah calon anggota HIMMAH RAM yang berangkat dari Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Life is never flat, kata-kata indah ini bisa mewakili gelombang permasalahan yang akan mereka hadapi selama proses persiapan mereka menemukan keberhasilan, bermacam-macam kesulitan mereka alami prapemberangkatan mereka ke Mesir. Misalnya, ada diantara mereka yang masih belum memiliki restu dari orang tua mereka karena masalah finansial yang akan digunakan untuk hidup di Mesir tidaklah murah. Tetapi, karena hasrat mereka yang tinggi dan semangat yang menggebu-gebu untuk menggali ilmu di Universitas al-Azhar. Mereka dimudahkan oleh tangan-tangan yang tidak tampak mengiringi perjalanan panjang mereka sejak pendaftaran online tes timur tengah yang resmi dibuka tanggal 7 Mei lalu hingga dilaksanakannya seleksi pada tanggal 19 Mei di seluruh universitas islam Indonesia. Keseluruhan Maba HIMMAH RAM dibimbing dengan intensif oleh ustadz dan ustadzah jebolan timur tengah di Pondok Pesantren Amanatul Ummah Surabaya diantaranya : Ustadz Chudlori, Ustadz Firman, Ustadz Muslihun, Ustadz Sya'roni, Ustadzah Aisyah, Ustadzah Mei, Ustadzah Rika, dan mereka juga dibimbing oleh dua utusan Universitas al-Azhar di Pondok Pesantren Amanatul Ummah yaitu Syekh Ibrohim dan Syekh Musthofa, materi yang dihidangkan kepada mereka meliputi; menghafal al-Quran, qowaid shorof, nahwu, istima', qiroah, kitabah, dan muhadatsah bimbingan ini bertujuan untuk mempersiapkan matang-matang Maba HIMMAH RAM dalam seleksi Timur Tengah di UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Dari total 26 Maba Amanatul Ummah yang ke timur tengah, 23 diantaranya diterima dan lolos tes Universitas al-Azhar, 2 lainnya berhasil mendapat beasiswa di Maroko dan sisanya mendapat beasiswa di Lebanon.
Setibanya di Sekretariat HIMMAH RAM mereka disuguhkan beberapa makanan dan minuman sekadar pelepas dahaga mereka, berdasarkan inisiatif anggota HIMMAH RAM, penyambutan Maba ini akan diisi beberapa acara meliputi sambutan, perkenalan, dan Ishoma. Sambutan pertama disampaikan oleh dewan konsultatif HIMMAH RAM yang pada hal ini disampaikan oleh Ustadz Mas Faiqul Khuluq, Lc. Beliau memberikan beberapa gambaran keadaan masyarakat Mesir yang harus diwaspadai oleh Maba juga memberikan nasihat kepada mereka "Disini itu kalian kalau gak jadi Musa ya Fir'aun", tutur Cak Faiq untuk Maba yang baru datang ini dengan penuh kharismanya, serta menyisipkan guyonan kecil untuk mencairkan suasana, selanjunya sambutan diberikan oleh ketua HIMMAH RAM: Cak Hadi, pria kelahiran Sidoarjo itu menuturkan beberapa hal kepada Maba tentang keamanan yang harus selalu dijaga betul "Kalau bisa dalam waktu dekat ini kalian kemana-mana selalu bareng" haturnya untuk memotivasi Maba agar selalu menjaga kebersamaan. Sambutan yang terakhir disampaikan oleh perwakilan broker, dalam hal ini diwakili oleh Cak Ipul, beliau menyampaikan beberapa hal penting yang akan dilalui Maba keberangkatan Broker Darul Amanah, bahwasanya tanggal 10-11 September akan diadakan pembelajaran untuk tes tahdidul mustawa yang akan dilaksanakan tanggal 19 September di Universitas al-Azhar, hayy sadis. Karena peraturan baru dari pihak al-Azhar bahwasanya Maba non-Mesir harus mengikuti kelas bahasa dibawah naungan al-Azhar, kelas bahasa ini bertujuan agar Maba bisa bersaing dan sudah mempunyai skill berbahasa yang baik dan benar sehingga ketika sudah memasuki bangku perkuliahan mereka tidak lagi lemah dibidang bahasa, karena buku, pembelajaran dan muhadloroh di Universitas al-Azhar semuanya berbahasa Arab. Kelas bahasa ini berisi 7 tingkatan yang mana, Maba harus bisa menyelesaikan semuanya, 7 tingkat ini adalah mubtadi' awwal, mubtadi' tsani, mutawassit awwal, mutawassit tsani, mutaqoddim awwal, mutaqoddim tsani dan mutamayyiz. Beranjak acara yang kedua yaitu perkenalan, semua Maba dan kakak tingkat yang hadir saling memperkenalkan dirinya karena pepatah mengatakan "Tak kenal maka tak sayang", waktu semakin larut dan para Maba juga kakak senior semakin lelah dengan keseruan yang mengalir diantara mereka, acara selanjutnya Ishoma para hadirin dipersilakan untuk menyantap makanan berat yang disediakan oleh Broker Darul Amanah diselingi canda-tawa makananpun berangsur-angsur habis.
Setelah menyantap makanan berat, satu persatu Maba dijemput oleh petugas broker yang bertanggung jawab mengantarkan mereka ke rumah masing-masing yang terbagi ke-4 tempat berbeda: Darrasah, Tub el-Ramli, Hayy Asyir dan Bawwabat. Hingga pukul 00.00 semua Maba telah bertolak kerumah masing-masing.
9 SEPTEMBER DI NEGERI SERIBU MENARA
(09/09/16) Angin sepoi kian berembus diantara pori-pori kulit seorang bidadari, melambai-lambaikan kilau rambut indahnya diantara terik matahari, matanya yang indah juga bibirnya yang manis membuat burung berkicau melompat kegirangan seakan seseorang yang melihatnya dibuat mabuk kepayang, keindahan hati sedang dimiliki oleh Maba anggota HIMMAH RAM. Mereka hendak melakukan perjalanan menuju Masjid al-Azhar untuk pertama kalinya, didampingi para senior HIMMAH RAM, mereka hanyutkan perasaan lelah menunggu bus yang tak kunjung tiba dengan gelagak tawa dan gurauan mesra pendingin suasana.
Setelah lama menunggu lebih dari 20 menit, dan bus yang menjadi langganan anggota HIMMAH RAM menuju al-Azhar tidak kunjung tiba, maka para senior berinisiatif untuk menaiki mini bus bernomerkan 13 dikeningnya agar tidak semakin lama menunggu. Terbayang-bayang dibenak para anggota baru "seperti apa sih Masjid al-Azhar?" Karena sebelum mereka sampai di Mesir mereka hanya melihat gambar via internet atau hanya melihat foto didinding pondok. Satu persatu anggota melangkahkan kakinya melewati anak tangga disisi kanan mini bus, gemuruh tawa bercucuran dari mulut anak baru dan para senior HIMMAH RAM, bak keluarga yang sedang melaksanakan pariwisata keluar kota membuang berbagai stres, pilu, dan pengap diruangan, berbagai jenis watak dan asal-usul tidak menjadi alasan untuk tidak menjadikan keutuhan anggota HIMMAH RAM sebagai keluarga. Satu tujuan yang menjadi visi anggota HIMMAH RAM yaitu menjadi kader-kader yang siap mengemban amanah negeri juga menjadi penyambung impian agung DR. K. H. Asep Saifuddin Chalim ,M. A. untuk menjadikan lembaga Amanatul Ummah terdepan didalam negeri bahkan juga diluar negeri serta menjadikan Institut K. H. Abdul Chalim seperti halnya al-Azhar di Mesir dan Oxford di Inggris.
Kegembiraan para anggota tidak pernah surut meski berdiri diantara panas menyengat dan debu terombang ambing diantara tubuh mereka, setibanya di Hayyu Sabi' para anggota turun dari mini bus untuk berganti menaiki bus arah Darrasah bernomorkan 24ج karena banyak kursi yang masih kosong, semua anggota menempati tempat duduk itu kecuali satu anggota baru HIMMAH RAM, dia adalah Mohammad Ismail pemuda ceria asal Madura dengan tekstur badan yang agak jumbo daripada yang lain, dia akrab disapa dengan "Mad", karena belum terbiasa dengan kondisi kendaraan yang dinaikinya memaksanya merasakan mual sehingga membuatnya enggan untuk duduk dikursi yang kosong dan memilih untuk berdiri ditengah badan bus. Sopir bus mulai menampakkan wajahnya dan bersiap untuk mengemudikan bus menuju Darrasah, kepadatan didalam bus membuat keringat bercucuran diwajah-wajah penumpang bus. Tampak ditengah bus, Mad tengah asyik berbicang dengan wanita berjilbab hijau dengan kacamata hitam menghiasi rona wajahnya membuat Mad melupakan panas yang tengah hinggap pada dirinya, kemudian disahuti oleh salah satu wanita HIMMAH RAM–entah apa yang sedang mereka perbincangkan-. Suara mesin tiba-tiba mati "mogok" istilah yang pas dengan apa yang sedang terjadi pada bus yang kami tumpangi saat ini, sopir buspun berusaha menghidupkan sang mesin agar kembali bertenaga dan bisa melanjutkan perjalan, lalu beberapa saat kemudian mesin bus hidup kembali dan kamipun bisa melanjutkan perjalanan.
Setibanya di Terminal Darrasah, kami turun dari bus dan dilanjutkan dengan berjalan kaki sekitar 4 KM menuju Masjid al-Azhar, tak jarang selama diperjalanan anggota baru ini disapa oleh sebagian warga Mesir untuk sekadar berucap salam atau bahkan berbicang-bincang ngalor ngidul, tetapi karena bahasa mereka yang masih minim disebabkan bahasa Arab yang dipakai oleh kebanyakan warga mesir adalah Ammiyah bukan bahasa Arab Fushah maka mereka hanya bisa menundukkan kepalanya atau malah menggeleng kebingungan. Tak terasa, sampailah para pembawa pesan ilmu ini ke Masjid al-Azhar yang berlokasi disebelah perkuliahan al-Azhar serta berseberangan dengan Masjid Sayyidina Husein. Kebahagiaan mereka kian bergemuruh sewaktu mereka memasuki pintu masuk Masjid al-Azhar dan tidak ingin melewatkan momen untuk sekadar selfie atau foto bersama semua anggota. Perjalanan yang cukup melelahkan membuat kami ingin duduk santai disudut Masjid al-Azhar ini, menikmati angin sepoi-sepoi yang merasuki kulit kami membentangkan angan dan rasa sejuk diantara jemari "awwwwww…" teriak salah seorang anak putri yang fobia terhadap kucing membuat seisi ruangan memfokuskan pandangannya kepada kami, "Sout! Sout! Ya Basya" tegur salah satu pria berbadan besar dan berambut tipis menghiasi dagu dan pipi belakangnya.
Tampak segerombolan ibu-ibu dan bapak-bapak dengan pakaiannya yang khas Indonesia memasuki masjid, mereka adalah wisatawan yang ingin mengunjungi 4 negara yang salah satunya ialah Mesir, "Kalian mahasiswa al-Azhar ya?" Tanya seorang ibu asal Jakarta kepada warga HIMMAH RAM.
"Iya bu, ibu dalam rangka apa kemari?" dengan penuh penasaran salah satu anggota baru HIMMAH RAM bertanya kepada ibu itu.
"Oh, kami hanya jalan-jalan saja"
"Oh, iya bu, disini kalo pagi sama sore itu dipakai untuk ngaji" jawab salah satu anggota baru seraya menunjuk ruwaq dilingkungan masjid dengan gaya sok tahu.
"Kamu sudah berapa lama disini?"
"Baru 3 hari bu". Tutur anggota baru itu dengan diikuti gelak tawa dari anak HIMMAH RAM yang lain karena gaya bicaranya seolah-olah sudah tahu aktivitas sehari-hari di Masjid al-Azhar. Kemudian kami diajak untuk foto bersama oleh para ibu-ibu itu agar bisa menjadi kenangan ketika kembali ke Indonesia dan kami juga mengharap doa beliau agar dimudahkan dalam proses pembelajaran di Universitas al-Azhar.
Hari beranjak sore, setelah semua anggota HIMMAH RAM melaksanakan sholat Asar, destinasi selanjutnya ialah ziarah Makam Sayyidina Husein, dengan hanya melewati terowongan bawah tanah didepan Masjid al-Azhar dan berjalan sekitar 200 meter kamipun sampai dilokasi, setibanya disana kami berdoa kepada Yang Maha Kuasa untuk keberkahan atas sesuatu yang sedang kami lakukan, karena kami meyakini bahwasanya berdoa di makam-makam auliya' atau bahkan ahlul bait Rasulullah SAW. itu mustajab.
Setelah berziarah, kami beristirahat disekitar Hadiyqoh Masjid Sayyidina Husein dengan segelas kopi ataupun teh manis sambil menunggu adzan Maghrib berkumandang untuk selanjutnya bergegas menuju Masjid Syekh Sholeh Ja'fari di depan Terminal Darrasah.
Usai melaksanakan sholat Maghrib, kami mengakhiri perjalanan singkat ini dengan kembali ke kediaman kami dengan perasaan bahagia dan bayangan bidadari yang selalu mengiringi perjalanan kami.
Posting Komentar