Idul Adha bersama Himmah RAM
Idul Adha Bersama Himmah RAM
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaaha Illallahu Waallahu Akbar, Allahu Akbar Walillahi Alhamdu, semarak takbir idul adha kian bergemuruh. Seluruh umat muslim di berbagai penjuru dunia bersuka hati setelah dua bulan yang lalu merayakan kemenangan dan kembali menuju fitrah, hari ini tanggal 10 Dzulhijjah 1437 H yang bertepatan pada tanggal 12 September 2016 M kaum muslim kembali mengingat sebuah peristiwa yang terjadi pada Nabi Ismail AS dan Nabi Ibrahim AS, ketika kesabarannya diuji dan ketaatannya dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. Allah SWT memerintahkan kepada Nabi Ibrahim AS melalui sebuah mimpi agar dia memenuhi nazarnya ketika dia berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak dan siap mengorbankan anaknya demi ketaatannya kepada sang Kholik, kala itu Allah SWT mengabulkan doanya lewat Rahim Hajar, lahirlah sang anak yang di beri nama Ismail, disaat Ismail menginjak 13 tahun –sebagian riwayat mengatakan 7 tahun- pada tanggal 9 Dzulhajjah Nabi Ibrahim AS bermimpi menyembelih anaknya (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102) maka sang anak yang masih menginjak remaja itu menerima dan tabah dengan apa yang dikatakan bapaknya "Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102)". Keesokan harinya, berangkatlah Nabi Ibrahim AS dan anaknya kesebuah lembah di Mina dengan membawa seutas tali dan sebilah pedang, iblis ketika itu tidak tinggal diam dan membiarkan penyembelihan Ismail itu terjadi, dengan bujuk rayunya dirayunya Nabi Ibrahim, Ismail, dan Bunda Hajar tetapi karena keimanan kokoh yang dimiliki keluarga itu, rayuan iblispun bagai debu bertebaran diantara angin malam–tidak menggoyahkan keyakinan mereka sedikitpun-.
Digoreskannya pedang yang di bawa Nabi Ibrahim AS pada leher Ismail, akan tetapi pedang itu sama sekali tidak bisa menembus kulitnya, di ulangnya beberapa kali hingga akhirnya Nabi Ibrahim AS menghantamkan pedangnya kesebuah batu kemudian terbelahlah batu itu, seraya berkata Nabi Ibrahim dengan dibumbui kekesalan.
“Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?”
Atas izin Allah SWT pedang yang dipegangnya bisa berbicara
Kemudian, Allah ganti tubuh Ismail dengan hewan kurban lainnya. (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106), Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril AS datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya bertakbir mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, Malaikai Jibril AS terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu Wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar Wa Lillâhil Hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap Hari Raya Idul Adha.
Kesenangan dan kebahagiaan juga hadir diantara anggota HIMMAH RAM, pasalnya, Idul Adha kali ini tiga orang anggota HIMMAH RAM berkurban dengan rincian dua kambing dan satu sapi, mereka memberikan kepercayaan kepada HIMMAH RAM untuk menyembelih hewan yang mereka kurbankan –semoga kelak menjadi tunggangan mereka di surga- hingga pengolahan daging-dagingnya menjadi makanan yang lezat yang bisa dinikmati anggota HIMMAH RAM pada khususnya.
Pukul 08.00 CLT, usai sholat Id sebagian anggota HIMMAH RAM berangkat menuju sekretariat Gamajatim (Keluarga Masyarakat Jawa Timur) untuk menyembelih hewan kurban yang telah dibeli sehari sebelumnya, hewan kurban ini ditempatkan di Gamajatim bertujuan agar memudahkan proses penyembelihan dan pemotongan untuk selanjutnya dibawa menuju Sekretariat HIMMAH RAM. Penyembelihan kali ini dilakukan oleh ketua kekeluargaan yang notabenenya juga merupakan anggota HIMMAH RAM dan menjadi ketua pada periode sebelumnya, dengan dilantunkannya takbir memulai goresan pisau pada leher kambing, antara pilu dan senang kambing lainnya yang sedang melihat temannya disembelih, sebab, kelak kambing-kambing itu akan membantu mengantarkan majikannya ke surga.
Sekitar 30 menit lamanya, proses penyembelihan dilakukan, sebagian anggota HIMMAH RAM berdatangan kembali untuk membantu proses penyamakan dan pemotongan daging-dagingnya. Ada keseruan tersendiri dari para jagal-jagal itu, ketika dulu dirumahnya –di Indonesia- sering membantu orang-orang di rumahnya mengolah daging kurban, mereka telah mengantongi ilmu jagal yang kemudian ilmu itu bermanfaat dikalangan Masisir (Mahasiswa Indonesia di Mesir), namun ada juga diantara mereka yang sifatnya "anak rumahan" sehingga ketika disuruh untuk membantu pemotongan kambing mereka masih terlihat seperti jijik, meski demikian, nilai plus yang ada diantara mereka yaitu "saling menyempurnakan" sehingga yang tidak bisa menjagal akan dibantu oleh para jagal yang sudah profesional –semuanya anggota HIMMAH RAM-, tidak ada kata "saling JAIM" di antara mereka. Mereka selalu menjaga solidaritas antar sesama, canda tawa selalu mengarungi proses penyembelihan. "Aduh" lontar mulut Cak Ismail seketika mengejutkan teman-teman disekitarnya, tangannya tergores pisau darahpun mengalir dari tangannya akan tetapi tidak menghentikan semangatnya untuk membantu memotong, diambilnya daun di sebelah badannya untuk sekadar mengelap darah dan membalutkannya.
Tiga jam panjangnya, para jagal duduk memotong daging dan memilah tulang-tulang kambing, jam menunjukkan pukul 11.15 waktunya untuk para anggota HIMMAH RAM membawa daging kurban menuju sekretariat HIMMAH RAM, mereka hanya membawa potongan daging dari kambing yang dikurbankan, karena satu sapi sisanya diserahkan kepada pihak SIC (Sekolah Indonesia Cairo) hingga pemotongannya.
Setibanya di Sekretariat HIMMAH RAM di Tub el-Ramli, ruangan yang biasa dipakai untuk menjamu tamu serta tempat utama dikala diadakannya acara yang bersifat internal atau eksternal penuh oleh bahan-bahan dan perkakas masak, sehingga tidak memungkinkan bagi para jagal melanjutkan proses pembuatan sate, akhirnya Cak Devi selaku dewan konsultatif HIMMAH RAM menganjurkan supaya pembuatan sate dilakukan dirumahnya yang berlokasi disamping sekretariatan, tak banyak bicara, para jagoan HIMMAH RAM langsung meluncur menuju rumah Cak Devi, disana mereka memotong kembali daging dan jeroan menjadi potongan kecil-kecil untuk dijadikan sate, target sate kali ini berjumlah sekitar 700 tusuk dari keseluruhan daging kambing yang sudah dipotong kemudian sisanya akan dibuat gulai atau akan diberikan kepada kerabat-kerabat HIMMAH RAM. Para anggota HIMMAH RAM bergantian membantu proses penyatean selesai, mereka membagi tugas, sebagiannya membuat gulai dan yang lainnya membuat sate atau melengkapi menu hidangan yang belum dibuat.
Melalui proses panjang yang menguji kesabaran dan power fisik, akhirnya sekitar pukul 18.20 CLT seluruh hidangan siap disajikan dan disantap. Beberapa kerabat dan teman karib anggota HIMMAH RAM datang untuk sekadar menyambung silaturrahmi dan memenuhi undangan open house HIMMAH RAM hingga larut malam.
Posting Komentar